Jumat, 17 Mei 2013

Harapan


Judul : Harapan
Author : Shin
Cast : Lee Jungshin as Lee Jungshin, Bae Sooji as Lee Sooji, Kim Sung Rin
Genre : Sad, Family, little bit romance
Length : Oneshoot
Poster : helmyshin (http://helmymikyung.wordpress.com)
 
Jungshin POV
“Maafkan kami, tapi kami sudah membantu sekuat tenaga… tinggal menunggu waktunya saja.”
“Tapi bagaimana bisa begitu dok? Apakah tidak bisa diusahakan lagi?”
“Bisa, tetapi harus ada pendonor yang mau mendonorkan jantungngya.. cuman itu saja satu-satunya cara yang bisa dilakukan.”
“Saya akan mencarikan pendonornya dok…”
….

Aku mengingat kata-kataku 5 hari yang lalu. Sudah 5 hari, aku mencari pendonor untuk adikku Sooji tapi sama sekali belum ada yang mau mendonorkan jantungnya. Terakhir aku temui, ada seorang yang mau mendonorkan jantungnya… tetapi sayang, sudah ada yang mengambil donor itu. Aku tak ingin terus menunggu dan menunggu begini.

Oppa!!!” terlihatv Sooji adikku terbaring di ranjang rumah sakit ini selama 2 minggu terakhir ini. Ketika tau jantungnya memburuk 2 minggu silam, aku langsung melarikan dia ke rumah sakit ini.
“Sooji… aku membawakan apel kesukaanmu, kau mau? Aku akan mengupaskannya untukmu” lalu aku mengambil apel yang terdapat dalam kantung yang baru kebeli tadi. Aku mengupasnya pelan-pelan dan menyuapi Sooji adikku.
“Bagaiamana? Enak tidak?” tanyaku pada Sooji, dia merasakan satu persatu. Mukanya memang sedikit kurang meyakinkan.
“Emm, pasti ini bukan di tempat biasa kan? Aku bisa merasakan bedanya Oppa.”
“Yah, ketawan juga… tadi Oppa sudah mencari disana, tetapi Ajhuma penjualnya itu sedang pulang kampung untuk beberapa hari ini” jelasku panjang lebar.
“Ah, tak apa-apa Oppa.. ini juga enak kok” dia tersenyum lembut kepadaku. Aku senang sekali bila ia tesenyum… mengingatkanku kepada ibu.

---

Oppa, sore ini kita mau berjalan-jalan kemana lagi? Kemarin Oppa sudah mengajakku ke taman.. hari ini jangan mengajakku ke taman di belakang rumah sakit ini lagi.. kumohon” pinta Sooji, aku hanya mengiyakan apa yang ia minta. Aku tak bisa melihatnya sengsara, ketika waktunya masih cukup untuknya melihat matahari terbenam.
“Tapi Oppa harus menutup matamu Sooji, Oppa akan mengajakmu ketempat yang mungkin kau pernah datangi tetapi kau jarang datangi sekarang.”
“Tempat seperti apa itu Oppa?”
“Rahasia, kau akan tau nantinya” lalu aku menutup matanya pelan dengan syal. Ia sepertinya sangat gembira sekali, aku malah sedih melihatnya… andai saja, pendonor itu datang padaku.

---

“Taadaa!!! Sudah sampai!” aku membuka syal yang menutupi matanya, dan dia sepertinya sangat terkejut ketika aku mengajaknya kesini.
“Panti Jompo? Kenapa kita perlu kesini… Oppa tidak akan memasukkanku kesini bukan?” tanya Sooji langsung memasang muka cemberut.
“Bukan, hanya saja.. Oppa sudah janji dengan seseorang yang ada disini”
“Siapa?”
“Nanti kau akan tau sendiri” lalu aku membukakan pintu untuknya. Walau mukanya menunjukkan bahwa ia kurang suka bila kuajak kesini.. tapi sepertinya dia mulai beradaptasi.

---

“Wah, kau membawa Sooji kesini ya?” tanya Kim Sung Rin, penjaga panti jompo ini. Dia dulu adalah mantan pacarku.
“Hahaha, kau masih ingat Sooji? Sooji, beri salam untuk Eonnie yang satu ini” Sooji mengangguk dan membungkuk 45o padanya.
“Sooji semakin cantik yaa”
Gomawo Eonnie” Sooji tersenyum ceria.
“Oiya, apakah yang lain sudah menungguku?” tanyaku pada Sung Rin.
Ne, mereka sudah menunggu di ruang atas. Mari kuantarkan” ajak Sung Rin. Dia lalu berjalan terlebih dahulu untuk menunjukkan arahnya pada aku dan Sooji.
Oppa, apakah Eonnie itu dulu pernah berhubungan denganmu? Aku seperti familiar dengannya.”
“Hehehe, begitulah..”
“Ooh,” Setelah kami sampai di ruangan atas, terlihat disana begitu ksong tak ada siapapun dan apapun.
“Aduh Jungshin, Mianhae.. sepertinya mereka bosan sudah menunggu lama daritadi.. jadinya seperti ini.” Sung Rin sepertinya sangat kaget ketika tak melihat seorang pun yang berada di ruangan itu.
“Yaah, bagaimana ini Sooji.. sepertinya kita datang terlambat” uajrku penuh penyesalan dan Sooji juga sepertinya sangat menyesal mendengar kata-kataku tadi.
“Yaah, padahal aku sudah mulai menyukai tempat ini.” Lalu kami bertiga pun berbalik untuk pulang, tiba-tiba ada suara dari arah belakang.
Saengil Chukae HamnidaaSaengil Chukae HamnidaaSarangaheyo Sooji-ssi, Saengil Chukae Hamnidaa…” tiba-tiba banyak sekali orang mengerubungi Sooji dan membawakan sebuah kue tart kecil nan indah untuknya. Aku hanya tersenyum melihatnya dikerubungi oleh penghuni panti jompo ini. Ketika Sooji menatapku, ia hanya tertawa gembira, sepertinya ia tau sesuatu. Lalu kami semua, menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya, selesai lagu itu dinyanyikan, Sooji pun meniup lilinnya. Kami semua bertepuk tangan dan dia terlihat sangat gembira sekali.

---

“Oppa, pasti kau yang merencanakan semua ini kan?” tanay Sooji sambil tersenyum kepadaku. Aku hanya memasang muka pura-pura tidak tahu, tapi ia malah mencubit perutku.
“Aaaww! Sakit Sooji” Sooji malah menjulurkan lidahnya padaku dan berlari kearah kerumunan penghuni panti jompo untu bermain bersama mereka.
“Bagaimana keadaan Sooji hari ini?” tiba-tiba seseorang menanyakan hal itu padaku, ya dialah Sung Rin.
“Yaa, dia sudah baiakan semenjak 2 minggu silam. Walau keadaan jantungnya makin hari makin lemah.. tapi dokter bilang ia akan berusaha. Oiya Sung Rin apakah kau punya kenalan teman yang mau mendonorkan jantungnya?” tanyaku asal. Mungkin saja Sung Rin mempunyai teman yang ingin mendonorkan Jantungnya.
Mianhae Jungshin.. tapi aku belum tau pasti apakah ada temanku yang mau mendonorkan jantungnya, tapi aku akan membantumu mencarinya”

---

“Sooji,”
“Hmm… ada apa Oppa?”
“Sooji bisa bertahan utuk Oppa kan?”
“Maksudnya?”
“Jangan tinggalkan Oppa sendiri ya?”
Oppa, Sooji akan disini kok.. Sooji enggak akan main jam segini…”
“Iyaa, Oppa lupa bahwa ini sudah jam 9 malam. Sooji saatnya tidur”
Oppa, bisa enggak yaa… Sooji lihat matahari lagi besok?”
“Tentu saja bisa, sudah tidur dulu lah..” Oppa akan berusaha untukmu Sooji, agar kau melihat matahari lagi.

---

Bipp… Bipp… Bipp…

Handphone ku bergetar, terlihat layer gadget ini nama Sung Rin.
“Halo? Ada apa Sung Rin?”
“Jungshin, aku menemukan seseorang yang ingin mendonorkan jantungnya. Tapi sayangnya beliau tidak ingin diketahui namanya” ujar Sung Rin.
“Baiklah, kapan beliau bisa melakukan operasi?” tanya Jungshin sedikit memberi harapan.
“Beliau bisa operasi akhir bulan ini, beritahu dahulu dokter yang akan mengoperasi”
“Baiklah, Gomawo Sung Rin”
Cheonmaneyo, aku akan mengabarkanmu lagi nanti..”

Tuut… Tuut… Tuut…

Aku harus memberi tau Sooji besok, agar dia bersiap-siap untuk menerima jantung dari pendonornya.

---

“Sooji, kabar baik!!!”  aku menagngetkan Sooji yang sedang membaca novel.
“Oppa, tidak baik mengangetkan seseorang..”
Mianhae, Oppa hanya ingin bilang bahwa kau akan mendapatkan seorang pendonor, pendonor jantung yang akan mendonorkan jantungnya padamu.”
“Siapa dia?” Sooji penasaran dan dia terlihat gembira sekali.
“Kata sang pendonor, ia tak ingin di kenal identitasnya”
“Oke baiklah, kapan aku akan dioperasi?” tanya Sooji yang sepertinya begitu bahagia dirinya akan sembuh esok.
“Akhir bulan ini Sooji, jadi kau harus meminta doa.. agar Tuhan membantumu”
Gomawo Oppa, aku sangat menyayangimu”
“Sebaiknya kau berterimakasih pada Tuhan, pada Sung Rin Eonnie, dan juga pada pendonornya.

---

Suzy POV
Oppa, Eonnie, doakan aku yaa” ujarku pada Jungshin Oppa dan Sung Rin Eonnie yang menemaniku operasi. Disaat itu juga aku mengetahui bahwa seseorang yang mendonorkan jantungnya padaku adalah penghuni panti jompo yang sangat baik padaku. Walaupun aku tak begitu dekta dengan orang itu tapi… semoga dia diberkati.
Tidak lama setelah itu, aku memasuki ruang operasi. Aku melihat Jungshin Oppa tersenyum lembut kepadaku. Aku yakin aku bisa menghadapi semua ini, dan satu yang paling kuyakin ia akan bangga padaku.

---

Jungshin POV
Aku terus berdoa, dan terus berdoa, semoga adikku selamt dari maut, semoga ia bisa hidup tenang kembali, bisa melihat dunia tanpa beban kembali seperti ia dilahirkan dulu.
Tiba-tiba saja Sung Rin memegang tanganku, ia sama-sama mendoakan Sooji agar baik-baik saja di ruang operasi.

Tak lama setelah itu dokter keluar dengan bercucuran keringat.
“Jungshin, kondisinya semakin membaik, operasi berhasil! tapi lihat kondisinya sampai seminggu dahulu, apa ia menerima jantung dari pendonor atau mungkin menolaknya.”
“Gamshamnida dok,” aku membungkuk pada dokter dan dokter pun mengijinkan kami untuk masuk ke ruangan Sooji 2 hari lagi.

----
“Sooji, bagaimana setelah 2 hari disini?” tanyaku sambil membawakan kantung berisi jus apel kesukaannya.
“Aku sudah bosan dengan bubur dan juga susu yang disediakan di rumah sakit ini Oppa, apakah Oppa membawa apel?” tanya Sooji ingin tau apa yang sedang kubawa.
“Hehe, bukan. Ini jus melon”
“Ah, Oppa bohong.. aku sudah tau bahwa ini bau apel yang aku sukai” ia menjulurkan lidahnya dan mencoba mengambilnya dariku. Ketika ia mendapatkannya, aku hanya bisa tertawa bersamanya. Aku ingin dia dapat bertahan, bertahan untuk selamanya.

“Jungshin, bagaimana keadaan Sooji?” tanya Sung Rin yang daritadi menunggu di depan kamar Sooji.
“Ia baik-baik saja, terimakasih Sung Rin” aku langsung ememluknya tanpa berfikir panjang lebar.
“Ah berterimakasihlah pada Tuhan… aku hanya perantara saja” ia membalas pelukanku.

Setelah pertemuan terakhir itu, kami jarang bertemu. Sung Rin semakin sibuk dengan pekerjaannya di panti jompo dan aku sibuk dengan mengurus Sooji. Semakin hari, Sooji semakin membaik.. ia mulai pulih lagi. Tetapi 2 hari ini, ia seperti terserang flu. Badannya terkadang menggigil, ia juga sering pusing. Aku semakin tak yakin.. akan dia dapat bertahan dalam seminggu ini.

“Dok, bagaimana dengan keadaan Sooji, apakah dia tidak dalam keadaan baik?” tanyaku sangat khawatir karena keadaan Sooji semakin memburuk.
“Sepertinya ia menolak donor jantung yang diberikan padanya.. kita hanya tinggal menunggu hari saja”
“Apa dok? Apa tidak bisa diusahakan lagi?”
Mianhae…” entah aku bingung, aku sangat bingung. Aku tak ingin kehilangan Sooji, aku tak ingin kehilangannya.

---

Oppa, jangan frustasi seperti itu.. aku akan terus bertahan, bila aku harus pergi meninggalkan OppaOppa masih ada yang menjagakan? Sung Rin Eonnie?” ia tersenyum lembut kepadaku, mengingatkanku pada ibu. Manik matanya yang cantik terus memandangiku lalu memelukku. Aku hnaya terisak, melihat dirinya yang begitu tegar… kupeluk erat dirinya seperti tak ingin kehilangan dia untuk selamanya.
Oppa, jangan menangis”  

---
Semua orang terlihat memakai baju hitam termasuk aku, kami menghadiri pemakaman Sooji siang ini. Sung Rin terlihat memberikan penghormatan terakhir pada Sooji. Aku hanya bisa melihat kejadian ini. Ii begitu pilu untukku. Setelah hari itu, keadaan Sooji semakin memburuk dan terus memburuk sampai ia menghembuskan nafas terakhir dini hari tadi. Aku memang masih terpukul atas kepergian Sooji, tetapi aku harus tetap bertahan hidup untuk kebahagiannya disana.
“Anda Tuan Lee?” tanya seorang lelaki paruh baya menghampiriku dengan senyumnya yang mengembang.
“Iya, ada apa ya?”
“Saya adalah salah satu orang yang merayakan ulang tahun Sooji dip anti jompo waktu itu. Beberapa hari setelah itu saya dititipkan oleh Sooji kotak ini, katanya ketika operasinya gagal dia ingin anda melihatnya” ujar Lelaki tersebut, lalu ia berpamitan untuk pulang.
Ada apa Jungshin?” tanya Sung Rin khawatir.
“Ini, titipan Sooji yang terakhir…” ujarku sambil membuka kotak yang berbungkus berwana krem, warna kesukaan Sooji. Aku mencoba merobek kertas yang membungkus kotak mini tersebut. Aku tak menyangka bahwa isinya sebuah kalung dan sebuah disc yang bertuliskan ‘Sooji’.

Setelah sampai di rumah, aku merasakan ada yang hampa. Tak ada Sooji disini. Lalu aku mulai membuka disc player dan menyetel disc yang telah diberikan Sooji. Aku ingin tau isinya. Ketika disc sudah diputar, terlihat muka Sooji dengan senyuman lembutnya.
Oppa, kalau Oppa melihat rekaman ini.. berarti aku sudah tak ada disini, benarkan? Oiya Oppa di kotak kecil ini ada sebuah kalung liontin berwarna perak… aku ingin memberikannya pada Sung Rin Eonnie, liontin itu aku beli ketika ulang tahunku tahun kemarin… aku berjanji untuk memberikannya pada orang yang akan menjaga Oppa.”
Oppa, berjanjilah untuk menjaga dirimu. Gomawo ne” itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Sooji di rekaman tersebut. Tak terasa air matku tumpah, aku tak kuat menahannya.

---

Sung Rin POV
Sudah sekitar 15 menit aku menunggu kedatangannya. Dia mengirim pesan singkat padaku tadi, untuk menemuinya di taman belakang rumah sakit ini. Sudah seminggu berlalu, semoga dia baik-baik saja.
“Sung Rin-ah!” panggil seseorang yang tak lain adalah Jungshin yang sedaritadi kutunggu.
Mianhae aku telat”
“Ah, tak apa-apa.. ada apa kau memanggilku?”
“Oh, aku dititipkan Sooji ini untukmu. Katanya ia memberikan liontin ini untuk seseorang yang akan menggantikannya menjagaku”

-FIN-

2 komentar:

  1. Haloo.. tau aku gak? XD Aku yang di Psycho Addict..
    Um, betewe ini aku diminta kasih kritik saran ya..
    Gini, maaf ya sebelumnya, tapi menurutku ceritamu di sini masih terkesan 'flat' dan aku gak ngerasain feel-nya.

    Untuk ngatasin itu kamu bisa pake banyak cara kok, coba kmu lebih 'buka' perasaan Sooji dan oppanya, tentang harapan2 mereka, ketakutan, masa kecil, de el el. Bisa juga kamu lebih menekankan conversationnya.

    Oh iya, ini FF pertama kah? santai aja, FF pertamaku malah ancur lebur XD

    Gitu aja sih, soal penulisan menurutku udah cukup rapi, kamu bisa searching di google soal penulisan yang bener soal tanda koma, tanda petik, dkk (?)
    Dan soal diksi, kalo sering latihan pasti bisa kok! :D

    Udah ya, bingung mau kome apa lagi XD Pai pai~~~

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih unn atas kritik dan sarannya^^
      gamsahamnida^^ *bow*

      Hapus